Selalu ada yang bisa diambil dari hujan yang turun ke
bumi, mulai dari ranting yang lembab, debu jalanan yang menghilang, dahaga yang
terpenuhi, ranting-ranting yang lembab kemudian daun yang menghijau dan bagian
paling indah ada setelah hujan reda, pelangi yang ditunggu.
Kuharap pada malam-malam selanjutnya kita akan kembali
kesini, ketempat kursi taman dibawah lampu-lampu remang. Mereka kedinginan,
rasa hangat mereka hanya terdapat pada kedua paha dan pundak kita.
Semalam ingin sekali aku segera menelisik celah-celah
pagi karena malam memberiku suatu sunyi yang tiba-tiba. Terbesit kala itu aku
ingin menjadi sebuah puisi atau prosa yang dapat orang lain mengerti maksud
kandungan isi yang ingin disampaikan. Di tempat pembaringan aku merenung,
merengkuh semalaman tak dapat rasanya memaksa mata untuk hanyut terlelap
digelapnya lampu yang kumatikan.
Ketika pundakmu tumbuh sayap akankah kau terbang
menuju singgasana yang telah disediakan? Mungkin pada saat itu kau akan
menemukan sesuatu yang baru di kahyangan sana, kau akan berbaur bersama
malaikat-malaikat yang memiliki senyum, rupa dan perangai nan indah.
Di bumi ini terdapat 7 benua, dalam satu minggu
terdapat 7 hari dan warna pelangi yang indah sekalipun memiliki 7 warna. Tuhan pun menghias
manusia dengan tujuh anggota badan, yaitu dua tangan, dua kaki, dua lutut, dan
satu wajah. Itu baru keistimewaan dari sebuah angka dari ribuan angka yang ada.
Angka 7.
Kau bukan tempat pelarian ataupun batu loncatan. Kau
adalah pilihan ketika rasa sakit hati ini mengalami kejayaan. Sebagian luka
telah terkalahkan ketika kau datang dan hadir untuk menyembuhkan. Memang
keberadaanmu sempat tak kusadari, maaf jika itu menyebalkan. Namun mau dikata
apalagi semuanya memang mengalir seperti ini. Kau bukanlah yang kedua, ketiga
ataupun angka-angka berikutnya. Kau tetap yang pertama dalam hal menyemai luka.
Bertahuh-tahun aku mencari dan kemudian mendapati
sebuah hal yang membuat pencarianku berhenti untuk terus berlari-lari dalam
roda yang berputar disitu-situ saja. Kutemukan kau peri hati yang menyihir
penglihatan, menghapus hati yang penuh simbah duka.
Di penghujung malam menjelang pagi,
entah sudah beberapa aku berbisik pada dinding-dinding kamar. Mencari posisi
terbaik sembari mengangkat kedua tangan sedada mengucap barisan-barisan
himpunan doa. Rajutan, rangkaian dan semaian kata yang di rangkum seindah
mungkin, untukmu. Siapa lagi selain kamu?
Jangan pergi Tetap disini Kau baru datang lagi Setelah lebih dari waktu bulan dan matahari berevolusi Kau baru saja singgah, jangan berhasrat untuk kembali melangkah
Beberapa tahun ini aku sibuk mencari,
mengorek-ngorek seluruh isi sekolah, kota bahkan ke ruang lingkup kehidupan
yang lebih besar. Dan tak ada satupun yang kudapat untuk ku, belahan jiwa hampa
yang ingin sekali berdua. Waktu terus berputar searah jarum jam dari kiri ke
kanan ataupun bagi mereka yang mengerti berputar ke arah sebaliknya. Tahapan
demi tahapanterlewati dari mulai
mencoba mengikhlaskan, ditusuk kesedihan, menggigil karena kesepian, di
mabukkan kenangan hingga kini mencari tambatan yang mengakar kepada beberapa
pilihan.
Mungkin hari dimana hujan turun dengan deras,
kemudian kita berjalan di bawah satu payung semua itu sudah kamu lupa. Namun
aku ingin mengenang kembali seraya hujan yang turun ke bumi senja tadi, aku
mengenangnya di balik sebuah jendela dengan tatapan haru menuju sebuah genangan
air, juga genangan kenangan yang ada didalam hati.
Mungkin ini adalah tulisan terakhir yang bercerita
tentang kamu. Bisa jadi ini adalah sebuah ucapan selamat tinggal kepada cinta
yang akan ku ikhlaskan kepada orang lain. Aku melakukan ini karena aku mulai
tersadar atas semua yang aku lakukan. Dan tak ku pungkiri, kini hatiku sudah
pada sampai tahap tertinggi karena luka hati, mungkin sebentar lagi akan
kembali mati. Ya dalam sebuah surat mungkin terlihat sebagai pernyataan untuk
mengundurkan diri, dalam sebuah perang mungkin aku sedang mengibarkan bendera
putih dan dalam perihal penyakit aku tepat berada dalam titik kronis untuk
hidup.
Aku tak pernah mengerti mengenai doa yang selalu
kubaca, dan disitu selalu terselip nama dan harapan besarku bersamamu. Semua
itu kuhafal dengan baik, ku susun dengan rapih agar tersampaikan kepada Nya,
Sang Maha Pencipta.
Sebelum menulis
mengenai bagian hal yang terpenting ini pertama yang gue lakuin sebelumnya
adalah mandi dan minta petunjuk sama kekuatan sama yang maha kuasa. Karena
tulisan ini mengandung SARA hal yang paling mengakar dan mendarah daging
dalam hidup gue. Memangnya apasih yang mau gue tulis? Ini mengenai kejombloan
yang gue alamin udah gak kerasa ya, sudah 2 dasawarsa gua sendiri. Gak, bukan
dasawarsa itu lebay. Cuma bertahun-tahun aja sih.
Masa sekolah sudah
usai, tak ada kelas ramai, tak ada pelajaran yang harus dihafal dan tak ada
guru yang sibuk memberikan tugas banyak. Namun, ada sebuah perasaan dan rindu yang belum
selesai mengenai Aku dan Kamu. Perasaan yang dijejaki disekolah, diawali dalam
kelas usang hingga lama-lama terpisah oleh waktu yang terus datang.
Sebuah cinta selalu indah pada
pertama ketika ia datang, katanya. Tapi bagaimana jika semua itu sudah membuat
menderita ketika ia datang apalagi ketika sudah pergi?
Sudah lama gue mau
ngebahas tentang hal yang satu ini, kira-kira semenjak mulut gue ke makan
omongan sendiri gara-gara suka menyudutkan orang-orang yang lagi galau. Hingga
akhirnya dia telah pergi merasakan sendiri...
Ketika sedang
menulis ini baru saja hujan turun dengan deras disertai angin kencang. Ketika
hujan sedang deras menghujani bumi aku baru saja keluar dari lelahnya mencari
ilmu. Saat itu suasana sudah sepi hanya beberapa orang yang sedang duduk-duduk
menuggu hujan tetapi tidak dengan aku.
Aku melihat kamu
menangis sendu dan sedih. Matamu bengkak seperti tak pernah tidur juga matamu
terus mengalirkan air yang bukan membawa kesejukan tetapi kesedihan. Kepalamu
tertunduk berat, rambutmu mengurai kebawah menutupi wajah manismu dan tanganmu terus
saja menutup kedua matamu. Aku yakin hatimu juga sedang kamu usapi dengan sisa
rasa sayang penawar hati yang ada. Tadinya aku ingin menghiburmu, mencoba
mengusap air mata yang turun dengan tanganku namun aku tak bisa, bukan tak mau.
Sebelumnya aku
tidak tahu apakah salam yang akan kuberikan kepadamu tetapi akan kuberikan
salam hangat juga tulus dari palung hati yang terdalam, salam kenal. Oh iya
kita sudah saling mengenal dengan baik ataupun terlalu baik. Aku harap kamu
membacanya dengan khidmat jika kamu tidak tau siapa pengirimnya walaupun kamu
tau siapa aku tetapi bolehkan aku tulis namaku lagi? ini namaku Lelaki Yang Telah Lama Sendiri kamu bisa membacanya kan?
Ketika itu
tampaknya suasana belum begitu gelap masih ada sisa matahari sore yang masih
sudi untuk meluangkan sinarnya menyoroti lapangan ditempat ku duduk. Dalam
kerasnya tembok mataku menelusuri setiap sudut ruangan kelas berharap menemukan
seorang sosok wanita cantik yang tersenyum. Aku berdiri lantang dengan sisa
tenaga yang ada mencoba menahan lelahnya sisa tenaga sehabis berolahraga
fikirku dia masih ada dan belum mau mata ini berhenti menerawang keseluruhan
ruangan.
Cantik, ada yang
ingin aku tanyakan kepadamu menyangkut keragu-raguanku yang kian mengganggu.
Pertanyaan serius yang bagiku merupakan suatu penegasan atau pengukuhan atas
langkah yang akan kuambil nantinya. Aku mohon, jawablah dengan sejujur mungkin.
Dan jangan terpengaruh keadaan atau keterpaksaan yang bisa saja menjadi alasan
untukmu.
Setiap hari tak
ada habisnya jika lentiknya jemari ini bercerita mengenai kamu. Selalu ada saja
hal yang ingin ku ceritakan kedalam buku kenanganku, sekecil apapun itu.
Sepertinya otakku terprogram dengan baik jika aku hendak mendalami dan
membayangkan senyum cantik dan rambut panjang milikmu dan aku tak perlu
memikirkan terlalu lama mengenai gambaran wajahmu cukup dengan 5 detik. Detik
yang pertama kugunakan untuk memejamkan kedua mataku. Detik yang kedua
kupergunakan untuk memanggil namamu. Dan ternyata di hitungan detik yang ketiga
saja wajahmu sudah langsung hadir didalam fikiranku itu telalu cepat 2 detik
dari yang kukira. Tak ada ekspresi yang kusembunyikan lagi dariku ketika harus
mengingat-ingat senyum kamu selain tersenyum bahagia.
Sebelumya aku tak
pernah mengira bahwa cinta akan berkunjung lagi ke hati yang pernah hancur
sebelumnya. Ia tak mengetuk namun langsung masuk begitu saja. Sepertinya hati
yang telah lama terkunci ini mulai membuka kembali dan membiarkan hati yang
kosong ini diisi lagi. Aku sendiri heran dari sekian lamanya aku merasa hampa
tapi mengapa baru sekarang hati ini baru mau membuka hati lagi dan merasakan
jatuh cinta lagi. Jatuh cinta kepada kamu.
Sejak kecil aku
terlalu bodoh memperkirakan indahnya bagaimana nanti merasa mengalami fase-fase
dalam kehidupan tetapi tidak mengetahui setiap tingkatannya akan selalu ada
saja ujian yang menyertainya.
Tak kukira lamanya
waktu ini telah ku pergunakan hanya untuk mereka-reka perasaan ku, perasaan
yang sudah tumbuh sejak lama tetapi keberadaannya selalu saja terbengkalai
bahkan tidak terurus dengan baik. Dan kini kisah kelam lembar percintaanku
mulai terisi kembali untuk lebih pastinya aku sendiri tidak begitu mengerti,
semua ini berubah karena ada seorang
wanita yang mengubah tatanan pemikiranku yang dulu selalu menghujat, mencerca
cinta. Kini aku percaya bahwa ada masanya hidup itu membosankan dan ada kalanya
kita ingin hidup selamanya, aku percaya dan aku alami itu. Dan semua akan
berputar-putar sesuai dengan siklusnya seperti ada orbit tersendiri melalui
kehendak Tuhan.
Mencoba segala hal yang tepat juga ampuh untuk sekedar mengirim kata yang berisi perasaan, memberanikan diri untuk terus mengejar tapi jika ada kesempatan tak sedikit pun ada keberanian untuk meraihnya.