Translate

Senin, 12 Mei 2014

Patah Hati juga Relatif



Sudah lama gue mau ngebahas tentang hal yang satu ini, kira-kira semenjak mulut gue ke makan omongan sendiri gara-gara suka menyudutkan orang-orang yang lagi galau. Hingga akhirnya dia telah pergi merasakan sendiri...
Waktu dulu gue sering banget menjelekan ataupun menghina orang-orang yang baru putus sama pacarnya. Dan ketika mereka keliatan galau gue sering bilang ke mereka kalo ngegalauin perempuan itu lebay, lelaki yang gak gentle. Sampai pada akhirnya gue ngerasain bagaimana doa-doa temen-temen gue terkabul ketika gue sedang berada di keadaan mereka. Ternyata sakit hatinya bukan badannya. Maunya sih ngerasa biasa paling gak masih bisa untuk gak mikirin si wanita itu tapi apa daya semuanya gak bisa.
Dan sekarang gue sadar masalah hati itu bukanlah seperti masalah ataupun penyakit yang semua orang tau obatnya. Misalnya begini kalo kita pusing otomatis kita harus minum obat pusing bukan obat sakit perut, beda waktu patah hati mungkin diantara orang satu dan sama yang lain secara bersamaan lagi patah hati tapi waktu mereka dikasih obat yang sama mereka bakalan nolak kenapa? mungkin karena menurut mereka obatnya itu gak cocok ataupun gak selaras sama sakit yang mereka rasain. Mereka akan cari obat penawarnya sendiri ada yang obatnya dengan cepet-cepet cari pacar lagi, ada yang mengusirnya dengan berolahraga ataupun melakukan hobi dan ada juga yang lari ke hal-hal negatif contohnya mabok, narkoba.
Dan ketika gue patah hati bertahun-tahun yang lalu sampai sekarang masih patah hati obat pengusirnya itu dengan tidur atau gak curhat dalam bentuk tulisan karena gue agak sedikit malu buat cerita ke yang lain. Dan ada hal baru yang gue tau pas lagi patah hati itu contohnya gak tau kenapa semua hal yang berkaitan mengenai seseorang yang disayangi itu seperti memancing kegalauan muncul ke permukaan. Dan gak heran kalo orang yang baru putus itu suka bertindak aneh, walaupun gak semuanya sih cuma gua doang yang bertindak aneh.
Pas lagi patah hati gue pernah coba-coba buat bikin sesuatu yang sebelumnya belum pernah gue bikin yaitu gue bikin kue. Karena kue itu enak yaudah gue bikin terus dimakan. Tapi rasa sakit hati yang gue rasa gak kunjung hilang atau paling gak lupa kalo gue lagi patah hati. Setelah buat dan makan kue bikinan sendiri gue dapet pencerahan yaitu ternyata bikin kue itu susah-susah gak gampang sama kaya patah hati.
Rasa dari sakit hati itu sendiri menurut gue sih sakit. Kaya lagi patah hati. Gitu. Dan ternyata  bukan rasa suka saja yang gak bisa dijelaskan dengan kata-kata tetapi patah hati juga. Juga bukan cuma kesempurnaan fisik manusia saja yang relatif tetapi rasa patah hati juga, karena menurut gue jika kita harus menanyakan kepada orang-orang bagaimana rasanya patah hati penjelasan mereka secara garis besar sama yaitu sakit, tetapi tergantung kepada orangnya kembali gimana menghadapinya. Menurut gue sih gitu dan kalo pun pernyataannya salah itu kan pandangan gue jangan diikutin. Karena sampai sekarang sisa patah hati itu masih menghinggapi bayangan kehidupan cinta gue.
Sekarang gue berfikir walaupun nilai ulangan di remidial semua gue tetep coba berfikir, isi dari fikiran gue bertanya kenapa “patah” hati itu sesakit ini padahal bukankah “jatuh” hati juga harusnya sakit? bukannya kata “patah” dan “jatuh” itu dalam kamus itu sama-sama sakit? apa karena ada kata “hati” jadi berubah makna?
Dan setelah berfikir gue jadi sedikit mengerti mengenai hal ini walaupun pemikiran gue agak aneh dan gak bikin patah hati gue semakin baik. Dan mungkin ada kutipan yang pernah gue baca di kumpulan kata bijak dan sedikit gue edit lagi
Karena hati itu seperti kaca yang jika pecah akan berantakan, namun bukan berarti tidak bisa susun kembali memang bisa, tapi bekasnya masih bisa kita lihat dengan jelas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar