Maaf
aku telah lancang melempar cinta denganmu ataupun
menyatakan
rindu ini disetiap malam hariku.
Maaf
aku telah menganalogikan semua pertemuan ini
sebagai
takdir Tuhan bukan sebuah kebetulan.
Maaf
aku membawamu dalam setiap doaku
dalam
setiap sujud terakhirku dan disetiap pejaman mata sebelum tidurku.
Maaf
aku sengaja di setiap hariku meminta kepada Nya agar
setiap
aku duduk terlelah dari rutinitas kutemukan senyum hadirmu
yang
menyegarkan kembali semangatku.
Maaf
aku dengan sengaja mengingat-ingat setiap tawamu
saat
kau bercanda dengan temanmu.
Maaf
aku dengan sengaja menunda-nunda semua tugas
hanya
demi duduk berdua denganmu.
Maaf
setiap malam kau selalu kuceritakan pada dinding-dinding
kokoh
penyangga malam bahwa kau lebih kuat dari mereka.
Setiap
malam pula aku mengejek bintang terkadang rembulan
yang
walaupun mereka terang namun kelak mereka akan hilang
ditelan
pagi tak sepertimu yang selalu melekat di hatiku.
Maaf
kau kusebut ketika aku mengangkat kedua tangan sedada
menyemai
himpunan kata yang berisikan doa.
Maaf
aku tak permisi padamu karena telah jatuh hati.
Maaf
jika mata ini tak pernah melepaskan fokusnya dari sosokmu
karena
mungkin engkaulah titik temu dari semua objekku.
Maafkan
aku telah berani menuliskan tentangmu di secarik kertas
berantakan
ini dan kemudian dibacakan di depan khalayak umum.
Maaf
jika rangkaian kata ini berantakan dan tak bermakna
karena
kata pujangga:
“Cinta sulit diungkapkan lewat kata-kata namun tanpa kata-kata
cinta
tidak akan pernah tersampaikan.”
Maaf
aku telah menasbihkan untuk hidup dalam cintamu
yang
akan bahagia dan terkejut di alam semesta.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar