Sejak kecil aku
terlalu bodoh memperkirakan indahnya bagaimana nanti merasa mengalami fase-fase
dalam kehidupan tetapi tidak mengetahui setiap tingkatannya akan selalu ada
saja ujian yang menyertainya.
Tetapi perkiraan
seorang bocah yang tidak tahu bahkan tidak mengerti secara spesifik mengenai
ujian dalam setiap perkembangan ternyata, Salah
ketika aku beranjak remaja fase jatuh cinta di usia muda memang aku alami
tetapi dalam pandangan sempit dan hanya menekankan dalam jatuh cintanya saja
tetapi melupakan yang berkaitan dengan setelahnya yaitu patah hati. Dahulu
kukira dimasa remaja yang sedang bermekaran cinta ini jatuh cinta dan
kebahagian ini adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan, juga aku berfikir
ketika jatuh cinta semua akan terasa segalanya tak bisa dikatakan dan tak bisa
digambarkan. Memang benar jatuh cinta itu indah tak ada yang meragukan itu
tetapi kini aku pun tau bagaimana perihnya, bagaimana pahit rasanya dan
bagaimana hancurnya ketika masa jatuh cinta sudah habis waktunya dan kini aku
tahu bagaimana semua berakhir setelahnya. Semua tidak mengenakan bahkan
cenderung membuatmu kehilangan semua hal padahal tidak cinta itu hanya satu hal
tetapi merambatkan ke beberapa bagian.
Di usia 17 tahun
yang dulu kudambakan dari dulu ini kini aku menjadi manusia yang sibuk, sibuk
menata kehidupan yang pernah hancur sebelumnya. Benar kiranya jika cinta
membuat indah segalanya tetapi juga benar kiranya jika cinta menyisakan
serpihan luka selamanya. Setiap hari aku hanya mengejar semua yang berkaitan
dengan kebanggaan dan logika saja tak ada sedikitpun hasrat untuk mengejar
beberapa hal lainnya mungkin cinta bukan tidak ada hasrat untuk meraihnya
tetapi aku masih takut untuk berjalan kearahnya. Karena keterpurukan yang
kudapat ketika patah hati membuatku setiap kali ingin mencoba lagi untuk
berlari mengejar cinta seakan setiap langkahnya serasa berat, bahkan seringkali
tak ada cahaya atau lentera sedikit pun untuk sekedar aku ikuti. Semakin lama
ku berjalan kearahnya semakin gelap dan hilang semua cahaya yang kubawa.
Kadang aku
berfikir masa ini akan terbuang secara sia-sia layaknya kertas yang hanya dijadikan alas rumah tangga, semua ini
membuat aku bingung akan kuapakan masa remaja ini ingin sekali kuisi dengan
semua prestasi tetapi aku juga sadar aku bukanlah Einsten yang
berkepintaran tinggi. Aku ingin setiap harinya kuisi dengan cerita cinta masa
muda tetapi tak ada satu sosok wanita pun yang ada disampingku sekarang dan aku
juga tidak mau hanya meratapi karena hidupku kedepannya masih menanjak jauh dan
mungkin disana kutemukan arti mengenai beberapa hal yang telah ku alami untuk
dipelajari.
“Lantas, apa yang
kulakukan sekarang?”. Kini aku sedang mengevaluasi semua yang pernah kucoba, terlewati
dan menjadi kegagalan yang kualami. Semua kenyataan dalam usia ku kini membuat
pemikiran ku terbuka secara luas tidak mengira-ngira lagi atau pun terpengaruh
murtadnya cinta dalam televisi, kini semua kucoba menjalani dengan perlahan
tidak cepat memang tetapi semua ini kulakukan agar aku tidak jatuh lagi dan
menyesal dikemudian hari. Mungkin tak ada lagi hari dimana aku sedang berdiam
diri memikirkan bagaimana rasanya di umurku yang kesekian kali. Tidak akan
lagi. Pengalaman ini membasuh wajahku dengan segar walaupun lantai berduri
sudah kulewati dan bekasnya masih ada, pelajaran yang kudapatkan adalah jangan
pernah memikirkan bagaimana indahnya masa yang akan datang lakukanlah semua hal
yang ada dihadapanmu dengan baik, dedikasikan waktu untuk bekerja secara
efektif lalu teruslah berjuang persiapkan masa yang akan datang dengan berusaha
maka tak perlu khawatir lagi karena semuanya berhasil baik. Jika tidak berhasil
pun Ingat proses yang sudah
terlewati sangat-sangat baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar