Translate

Sabtu, 01 November 2014

Kejutan Malam




Semalam ingin sekali aku segera menelisik celah-celah pagi karena malam memberiku suatu sunyi yang tiba-tiba. Terbesit kala itu aku ingin menjadi sebuah puisi atau prosa yang dapat orang lain mengerti maksud kandungan isi yang ingin disampaikan. Di tempat pembaringan aku merenung, merengkuh semalaman tak dapat rasanya memaksa mata untuk hanyut terlelap digelapnya lampu yang kumatikan.


Mataku tak kunjung berair, kutampar wajahku agar kelak aku kesakitan kemudian menangis didalam keadaan namun sayangnya itu sia-sia. Tamparan-tamparanku hanya menyisakan sebuah lebam ataupun telapak merah yang esok pagi ketika mandi pun akan hilang. Sehimpun kata kukatakan kepada dinding-dinding diam, ataupun separagraf tulisan yang menebas habis untaian rindu yang semakin sendu.


“Aku telah melukainya. Karena aku dia meneteskan air matanya. Sebuah pesan yang kukirim terbalaskan luka perih darinya. Aku telah, aku sumber masalah.”


Lelaki sepertiku mungkin sulit untuk menangis karena air mataku telah lama dikikis habis oleh kejamnya waktu yang lalu.
Sejumput harap kusertakan dalam keadaan yang pengap ini, setitik cahaya yang kucoba ikuti.

Kusudahkan gumpalan atau entahlah mungkin juga sebuah renungan riuh dari benak yang sedang berantakan, hati yang sedang bolong-bolong karena terkena tusukan dan jiwa yang berharap segera di hanyutkan keadaan.

Namun bolehkah aku memanah pertanyaan keatas awan hitam tak terlihat?


“Bagian mana dari setiap bagian hidupku yang tak kuberi untukmu, sayang?”


Tidak ada komentar:

Posting Komentar