Translate

Kamis, 19 Juni 2014

Rindu yang Tak Pernah Selesai


Masa sekolah sudah usai, tak ada kelas ramai, tak ada pelajaran yang harus dihafal dan tak ada guru yang sibuk memberikan tugas banyak. Namun, ada sebuah perasaan dan rindu yang belum selesai mengenai Aku dan Kamu. Perasaan yang dijejaki disekolah, diawali dalam kelas usang hingga lama-lama terpisah oleh waktu yang terus datang.
Ada sebuah kata klise yang selalu diucapkan remaja ditengah rasa kasmaran “Aku Cinta Kamu”. Entahlah sudah seberapa sering aku berharap dan mengucap dalam tulisanku tentang itu, rasanya seperti hujan yang terus datang di kota ini. Ketika menulis ini aku sedang memandangi seragam kebesaran kita, Putih Abu. Ya, membawa kesedihanku menerawang jauh ketika saat indah dalam hangatnnya disampinng tubuhmu, melelehnya hati ini ketika melihat senyum manismu dan tentu saja rasa cemburu, ketika kamu bersama lelaki lain. Lamunan ini menarik jelas wajahmu kesini, membuat mulutku ini tersenyum sendiri seperti malam ini akan ada sebuah hal baik mengetuk pintu hati.
Aku coba memejamkan mata untuk mengingat lebih jauh lagi, lebih dalam lagi, agar aku fokus dan spesifik mengingat saat bersamamu. Tapi mengapa aku tak lagi tersenyum? Kemana senyum kecil tadi? Mengapa hati terus bergetar dan mata menahann nanar? Aku  coba membuka mata namun semuanya masih terasa, mencoba menghapusnya namun tetap saja ada.
Dari situ aku ingat jelas, bahwa kita bukan siapa-siapa. Tak seperti yang aku harapkan dan aku yakin kamu tidak akan berharap seperti yang aku harapkan. Jika ingin tau ini harapan kecilku “Bersama, untuk saling suka atau saling mengobati luka untuk akhir yang bahagia”. Bagiku harapan sekecil ini seperti melempar jarum kecil kedalam tumpukan jerami, ditambah kotoran sapi. Namun jika kamu menghendaki aku akan bersedia cukup bodoh untuk mencari.
Selalu ada cara memori terindah hadir dalam setiap malam-malam manusia yang sedang dilanda rindu yang hanya diratapi sendu. Dahulu pagi hari adalah waktu yang kutunggu untuk memulai doa agar hariku dipenuhi tawa bersamamu, namun kini pagi hari kuhabiskan waktuku untuk melupakan doa yang pernah kuucap sebelumnya. Dahulu malam adalah waktu dimana aku sibuk dengan laptopku menulis puisi yanng akan kuberikann untukmu besok, namun sekarang malam hari terlalu kejam untuk dilalui karena pada saat itu hati tercekek rindu yang berisik dan kebingungan menyalurkan harus kemana.
Dalam tidur yang nyenyak masih sempat alam bawah sadarku memimpikan kamu, sebagai pasanganku. Walaupun hanya beberapa saat itu sangat membahagiakanku, namun itu dahulu. Kini memimpikanmu yang-tak-pernah-kutemui-lagi seperti memegang bara dan ditusuk belati.
Aku sudah berjalann terlalu jauh untuk semua ini, dan kurasa aku gagal dalam berjuang malah aku tak pernah memperjuangkanmu. Namun jangan pernah ragu mengenai rasa cinta dalam dada ini, sedikit pun jangan. Karena aku sayang padamu dengan cara berbeda, dengan cara yang tak pernah orang lain coba. Aku selalu ada disampingmu, dalam tawamu. dalam sedihmu dan kamu tinggal dalam bahagiamu karena aku selalu mengawasimu, sebagai temanmu. Temanmu. Mungkin aku tidak sekalipun pernah memilikimu, dan kamu sama sekali tidak pernah cinta dan membuatku berharga untukmu tetapi ingat setidaknya aku sudah setulus hati melakukan segalanya, dengan caraku entah itu membuatmu tau mengenai cinta ini.
Meski kadang aku merasa kita ini hanya teman, terkadang lebih dari teman dan terkadang bukan apa-apa.
AKU SANGAT MENGERTI KAMU TIDAK PERNAH MEMBACA TULISANKU INI, KARENA BAGIMU HANYA MEMBUANG WAKTU UNTUK MENGEJAR SESUATU YANG LEBIH BERARTI.
NAMUN SUATU SAAT KAMU MEMBACA INI AKU HARAP KAMU SUDAH MENGERTI, ADA CINTA, RINDU YANG TERSELIP DALAM HATI UNTUK DITITIP KEPADA KAMU YANG TERLALU BERARTI
“Aku Cinta Kamu” sebuah kata yang tak pernah tesambung untukmu. Sebuah bahasan yang tak pernah terhubung langsung kearahmu. Dan sebuah kalimat yang tak pernah diucap olehku, yang tidak pernah berdaya sedikitpun dihadapanmu. Sehingga kamu tak pernah tau, kalimat itu yang membelit dibenakku. Dan kini aku tersandung jatuh kedalam putaran waktu ketika berada disampingmu dulu. “Aku Cinta Kamu, Andai Kamu Bisa Membaca Hatiku”
                        -Salam rindu untuk senyum kamu yang seperti aurora dilangit kutub-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar