Cantik, ada yang
ingin aku tanyakan kepadamu menyangkut keragu-raguanku yang kian mengganggu.
Pertanyaan serius yang bagiku merupakan suatu penegasan atau pengukuhan atas
langkah yang akan kuambil nantinya. Aku mohon, jawablah dengan sejujur mungkin.
Dan jangan terpengaruh keadaan atau keterpaksaan yang bisa saja menjadi alasan
untukmu.
“Siapa aku dimata kamu?”.
Hanya itu yang aku
ingin kutanyakan. Sederhana tetapi penuh dengan makna. Mengapa aku memilih
pertanyaan itu? Karena aku hanya ingin tau seberapa pentingkah atau berartikah
ketulusan yang selalu kucoba beri. Mungkin dengan pertanyaan seperti itu kamu
bisa memberikan pujian yang membuat aku semakin yakin kepadamu bahwa kita
“mungkin” bisa bersatu. Atau pujian yang kamu berikan atas rasa kepadaku....
Rasa kasihan yang membuat kamu tidak enak untuk berkata sebenarnya dan
mudah-mudahan itu tidak terjadi. Mungkin juga kamu akan sedikit aneh ketika
pertanyaan ini terlontar dari mulutku dan untuk kamu memahaminya akan lebih
banyak memakan waktu jika kamu memang benar menjawab dengan jujur pertanyaanku.
Aku juga telah
memprediksikan bahwa ketika kamu mendengar pertanyaanku kedeekatan ini sudah
tidak akan seperti biasa lagi. Akan ada perang batin yang melanda fikiranmu dan
ketakutanku mendengar jawaban darimu. Tapi itu resiko yang harus kutempuh
sebelum kuambil langkah yang semakin jauh. Pertanyaan ini memang bukanlah
ungkapan cinta tetapi kamu juga mungkin mengerti ini mengenai kepastian dan
perasaan yang secara jelas tersirat dari pertanyaanku. Karena aku tidak mau
mengambil resiko lebih, jujur aku takut. Sudah jelas aku pegecut, aku bukanlah
lelaki kuat yang penuh tantangan dan perjuangan. Aku bukan tipe pemberani yang
menerjang rintangan dan bertahan diserbu hujan. Aku hanya sesosok lelaki muda
yang diam dan tidak bisa berbicara lantang, bahkan hanya bertanya seperti ini
pun wajahku sudah diguyur keringat. Aku hanya bermodalkan sedikit asa
kebersamaan kita saja.
Percayalah bukan
hanya kamu yang kini sedang bingung harus menjawab apa untukku. Disini aku juga
tengah didera rasa gundah atas apa yang akan kamu jawab nanti dan aku harus
menerima itu dengan ikhlas, dan memang seharusnya begitu. Boleh saja kamu
pertimbangkan mengenai semua hal mengenai diriku, apakah itu membuatmu
nyamankah atau keberadaanku hanya membuat hari mu diwarnai dengan rasa gusar
tetapi seingatku kita selalu bercanda bersama didalam kelas dan kulihat senyum
lepas melengkung di bibir kamu. Tapi itu hanya yang tampak diwajahmu karena aku
tidak bisa melihat kesedihan ataupun luka yang ada dihatimu. Mungkin juga ini
alasan mengapa aku bertanya kepada kamu, aku tak pernah tau apa yang ada
dihatimu. Aku tak bisa membacanya atau pun mengira-ngira perasaanmu.
Terakhir, aku
ajukan pertanyaan ini tidak lain hanya untuk membuat yakin diriku akan setiap hal
yang pernah kulakukan untukmu. Setulus hati. Aku bukan meminta balasan atas
semua yang kulakukan ataupun rasa pamrih terhadapmu. Kamu bisa menyimpulkan
dibalik pertanyaan itu ada sebuah pernyataan tidak tertulis, kusederhanakan
saja “karena aku cinta”.
“Dari seseorang
yang mulutnya enggan berbisik tetapi percayalah hatinya sangat berisik.
Seseorang yang sama sekali tidak terlihat rusuh namun didalam hatinya
berantakan bergemuruh”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar