Translate

Selasa, 04 November 2014

Hujanku


Selalu ada yang bisa diambil dari hujan yang turun ke bumi, mulai dari ranting yang lembab, debu jalanan yang menghilang, dahaga yang terpenuhi, ranting-ranting yang lembab kemudian daun yang menghijau dan bagian paling indah ada setelah hujan reda, pelangi yang ditunggu. 


Namun bagiku hujan yang selalu kutunggu adalah ketika dapat satu payung denganmu dan setelahnya mendapatpesan singkat salam rindu dari ponselku.

Aku selalu menunggu hujan agar aku dapat menari dibawah rintikannya, menangis di dalam derasnya dan bahagia melihat setelah redanya. Pelangi yang terdiri dari mejikuhibiniu selalu kutunggu namun tertawa bersamamu adalah bagian warna pelangi yang amat kurindu. 

Hujan membuat baju basah, celana pun juga sedikit banyak membuat segar namun bibirku yang basah karenamu lebih menyegarkan ketimbang harus menceburkan diri kedalam kubangan air hujan.

Hujan selalu membawa genangan, tapakan-tapakan, tanah coklat yang berubah menjadi lumpur-lumpur licin. 

Hujan turun membuat genangan dijalanan mengalirkan semuanya yang menghalangi alirannya, namun hujan juga membuat kubangan besar dihati, genangan yang berupa kenangan-kenangan manis yang alirannya tak akan bisa dibendung supaya berhenti. Jika menahan alirannya kita akan terbawa hanyut hingga ke hulu sana.

Hujan membuat tapakan-tapakan di aspal jalanan, didalam pasir, keramik ataupun tanah merah, sama halnya ada beberapa hujan yang membuat tapak tilas dihati. Ada cinta, senyum, bahagia, depresi dan yang mendominasi adalah rasa tidak tahu karena tapakan atau simbol dihati terkadang sulit diterjemahkan seringkali berbeda dengan interpretasinya. Kadang terlihat seperti benci namun sebenernya hanya gengsi, kadang berbelit rumit namun sebenarnya hanya ingin dimengerti, kadang terlihat biasa namun sebenarnya cinta dan kadang terlihat kaku namun sebenarnya rindu. Maka dari itu tak ada satupun pakar yang mempelajari tentang tapakan-tapakan didalam hati, karena persoalan hati adalah perpaduan antara rasa, ego dan logika sendiri.

Hujan mengubah tanah coklat menjadi lumpur, namun sebenarnya tak selalu begitu mungkin hanya kebetulan saja kulihat ketika itu. Katanya, lumpur dan tanah adalah bersaudara dengan petani dan hujan adalah komponen yang bersinergi didalamnya maka sudahlah jangan dibahas.

Hujan aku selalu rindu basah karenamu, dan karenanya juga. Masih maukah engkau kuajak berkenalan dengan payung-payung pelindung ragaku? Semoga kau masih sudi untuk bercerita tentang awan yang hitam dan angkuh, matahari yang setia dan bulan yang pemalu itu kepadaku dilain waktu. Semoga aku tidak akan hilang ditelan gemuruh petir yang memantak dan gemerlap kilat yang bercabang ketika aku sedang menyampaikan keluh kesahku

1 komentar: