Kau, kumohon percaya.
Kau bukan tempat pelarian ataupun batu loncatan. Kau
adalah pilihan ketika rasa sakit hati ini mengalami kejayaan. Sebagian luka
telah terkalahkan ketika kau datang dan hadir untuk menyembuhkan. Memang
keberadaanmu sempat tak kusadari, maaf jika itu menyebalkan. Namun mau dikata
apalagi semuanya memang mengalir seperti ini. Kau bukanlah yang kedua, ketiga
ataupun angka-angka berikutnya. Kau tetap yang pertama dalam hal menyemai luka.
Kau, kumohon percaya.
Aku ini serius untuk mencintaimu dengan tulus.
Jangan takut aku akan meninggalkan karena seluruh hati ini telah kuletakan di
sela-sela keberadaanmu. Mungkin kau butuh pembuktian dariku namun aku juga
butuh kepastian darimu. Aku hanya tak mau kembali seperti gelandangan yang
mengemis dipinggir jalan. Meminta belas kasih kepada pejalan yang tak dikenal. Hal
yang sangat wajar jika memang kau tak mudah percaya, namun tak ada salahnya agar
aku diperkenankan untuk mengejar itu semua.
Kau, kumohon percaya.
Aku ini manusia jika memang ada yang tak berkenan
atas apa yang aku lakukan, tolonglah agar kau memaklumi karena ini semua demi
menggapaimu yang setiap hari kian menguap dan terbang jauh. Katamu, aku
terlihat main-main. Tidak. Itu tidak benar. Jauh dari kata benar. Percayalah
perangaiku seperti ini hanya untuk menutupi mengenai tergoncangnya hati ini
karena telah salah memilih hati. Dan maafkan terkadang aku begitu
menjengkelkan, namun itu semua kulakukan bukan tanpa alasan. Karena ketika
wajahmu marah, kau terlihat lebih menarik. Ketika ekspresimu cemberut pada saat
itu pula hatiku terenggut dan beberapa penyakit ini jauh tersudut. Aku tidak
ingin menutupi diri, mengada-ngada, berpura-pura tentang siapa aku sebenarnya.
Aku terlihat nampak bodoh, seringkali ceroboh akan tetapi seandainya kau tahu
dinding hati ini sedang roboh.
Kau, kumohon percaya.
Disini, malam ini aku telah mengadukanmu pada bulan
namun maaf tadi malam tak ada bintang. Dia tidak hadir. Mungkin terlelap tidur
bersama cahaya dalam mimpimu. Ritual ini kulakukan ketika aku tengah
memimikirkan sesuatu. Aku duduk bersandar di sebuah tembok dan kubisikan pelan
namamu sembari kutegakkan kepalaku melihat bulan yang kali ini nampak terang.
Mungkin hanya beberapa kata saja. Tidak, aku tidak membuat sebuah puisi, prosa
ataupun cerita pendek. Perkataan ini adalah himpunan dari sebuah doa, harapan,
keyakinan dan semua berkenaan mengenai yang aku inginkan. Aku terlalu lemah
jika sedang merasa seperti ini, aku sering merengek, hatiku terlalu cengeng
seringkali meronta-ronta jika merasa jatuh cinta.
Kau, kumohon percaya.
Hati ini terlalu lama lusuh karena sedari dulu
berpura-pura tangguh. Raga yang kuat ini tak berimbang, malah timpang dengan
keadaan hati yang tergurat pedih kemudian sekarat. Mungkin kau pernah mendengar
cerita tentang luka ini. Kau adalah obat penawar dari racun yang telah
mengakar, kau juga adalah petunjuk dari sebuah labirin yang meliu-liuk. Untuk
menggambarkan siapa sebenarnya dirimu, untukku sangat sederhana tak perlu
analogi yang begitu memutar logika. Aku
pernah bilang padamu bahwa;
“Menulis itu harus serius tidak boleh bermain-main karena ketika menulis kita sebenarnya tengah berbicara namun melalui tulisan.”
Kau, kumohon percaya.
Jika kau masih belum percaya berikan aku kesempatan
untuk mendapatkanya. Hingga pada saatnya nanti aku tersenyum bahagia ataupun,
terluka. Pada waktu yang Tuhan tentukan untuk mengakhiri ini semua dengan gelak
tawa ataupun rentetan luka. Hingga hari itu tiba dimana mengerucut pada kembali
pulih ataupun kembali perih.
Jika inginmu aku pergi, tolong beritahu aku juga
sesuatu dalam hati ini. Bahwa tempatnya bukan disini mungkin dihati lelaki
lain. Aku tidak memaksa, namun jika hatimu masih terkunci tolonglah menyuruhku
pergi dan jangan pernah untuk berharap kembali kesini lagi. Namun jika
diperkenankan, bolehkah aku menunggumu?
Terakhir, kau kumohon percaya.
Jika kelak kau percaya, mungkin diwaktu yang lama.
Jangan berfikir aku telah berhenti untuk berjuang namun kau akan mendapati dan
melihat sesosok lelaki yang kacau. Penamplan, pemikiran seperti tidak terurus,
karena kehidupannya hancur tergerus. Jangan tanyakan apa yang sedang
terjadinya, kau mungkin tahu hatinya tengah gaduh bergemuruh. Jika memang kau
tidak akan pernah percaya maka aku putuskan kembali kedalam keadaan tidak
berdaya.
Kau kumohon percaya
Cinta ini meneteskan kasih, merambatkan rindu yang tak berujung. Aku mengejarmu dalam sebuah bayangang hitam, kau cahaya yang membuatku tak terlihat. Sebuah asa ini telah dipahat hingga berbentuk kasih sayang yang mengambang. Aku tak ingin hal yang berlebih, sederhana saja aku ingin kau percaya.
*Dengan tertulisnya harapanku padamu disini maka
kuharap esok pagi kau telah mengerti*
*Maaf hanya ini yang bisa aku buat, dan sekali lagi
maaf rangkaian kata dan himpunan kalimatnya berantakan, aku harap kau membaca
dan menyukainya*


Tidak ada komentar:
Posting Komentar