Tadinya akan
kutumpahkan semua pada satu malam yang katanya adalah malam bahagia.
Aku hitung, malam
itu telah kutunggu selama 21 bulan 6 hari.
Aku mulai merajut
barisan kata dan mempersiapkan mental untuk kemungkinan yang terjadi.
Belatih mengucap
kata yang akan ku bicarakan dengan lantang dihadapanmu, setiap hari.
Kuhabiskan ribuan
helai kertas demi beberapa kalimat indah untuk kubaca dihadapanmu.
Mataku kabur
karena lelah membaca kamus melankolis untuk melengkapi paragraf puitis.
Tetapi aku
berjuang dalam segala kekurangan untuk mempersiapkan datangnya, malam itu.
Uang saku
sekolahku kusimpan untuk membeli perlengkapan pakaian bagus, demi malam itu.
Menata rambut
dengan baik, memakai parfum wangi,
semuanya demi malam bersamamu.
Aku ingin
penampilanku terlihat baik atau sangat baik pada malam itu, ketika bersamamu.
Walaupun hasilnya
aku tidak tahu akan bagaimana tetapi aku tetap berani.
Namun ketika malam
itu datang, kamu tidak ada.
Kamu tidak datang,
dan malam bahagia yang kutunggu itu pun tidak pernah datang.
Aku memandang,
semua orang diselimuti dalam keadaan hati yang senang.
Hanya aku yang
tersenyum pedih melihat penantian 636 hari hancur luluh lantah.
Waktu yang
kuhabiskan untuk beberapa kalimat yang ingin kusampaikan, akhirnya percuma.
Aku hanya ingin
kamu tau bahwa selama ini aku mencintaimu.
Rajutan kata yang
kususun selama ini kini hanya tersimpan dalam hati.
Ini akhir dari
seseorang yang menunggu waktu yang tepat.
Karena ingin
mengungkapkan diwaktu yang tepat tetapi pada akhirnya, terlambat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar