Translate

Minggu, 19 Oktober 2014

Ketika Pundakmu Tumbuh Sayap



Ketika pundakmu tumbuh sayap akankah kau terbang menuju singgasana yang telah disediakan? Mungkin pada saat itu kau akan menemukan sesuatu yang baru di kahyangan sana, kau akan berbaur bersama malaikat-malaikat yang memiliki senyum, rupa dan perangai nan indah. 

Namun kau pernah bilang kau tidak sempurna bahkan dirimu tak memiliki sayap putih dipundak. Tapi mungkin kau juga ingat, aku meyakinkan padamu bahwa Tuhan pun menciptakan malaikat-malaikatnya yang tak mempunyai sayap untuk terbang. Mereka berwujud manusia yang membuat keseharian sesamanya penuh warna, mereka adalah sesosok manusia yang menabur senyum-senyum pagi, melepas alunan-alunan kesejukan dengan tatapan teduh sorot mata. Kusimpulkan semua itu ketika kepalamu menitipkan kepercayaan dibahu sebelah kanan milikku.

Kumohon ketika pundakmu bersayap nanti, janganlah terbang terlalu jauh meninggalkanku. Sederhananya jangan pergi karena jika kau pergi siapa lagi yang akan membuatku tenang ketika hati ini sedang tegang? Dimana lukisan senyum teduh yang menyejukkan ketika hati sedang gaduh? Siapa lagi yang akan menghangatkan dalam kesunyiaan ketika kebersamaan hanya sebuah angan semata? Dan untuk siapa lagi tingkah menyebalkan, leluconku yang selalu membuatmu sebal itu? Akankah kutemukan itu semua, lagi?

Kau membuatku seperti manusia paling beruntung didunia karena telah dicintai dengan sebegitu besarnya. Manusia sepertiku tentunya tak pernah meminta doa yang sangat tidak mungkin namun Tuhan lebih mengetahui apa yang sebenarnya ada dalam hatiku. Dia telah menitipkan anugerah Nya kepada seonggok lelaki yang kehidupannya masih abu ini. Hari-hari yang telah kulalui bersamamu, didekatmu setiap detiknya kuharap tak pernah bergerak karena putaran detik kala kita berdua terasa memutar begitu cepat
.
Seandainya jika benar pundakmu kelak akan bersayap artinya kau akan pergi. Disini, ditempat ini aku akan kehilangan arah untuk kuarahkan kepada siapa rangkaian doa yang aku himpun dengan penuh harap akan dikabulkan. Nyanyia-nyanyian sendu akan terdengar dalam setiap mimpi-mimpiku yang sebelumnya nyenyak tak berpenghuni. Jemari ini akan bergetar tatkala hujan deras datang menimpa bumi karena menangis melepasmu pergi keujung sana, karena jemari ini selalu rindu akan genggaman tanganmu yang selalu tiba-tiba mencengkram. Ketika malam datang, apalagi yang bisa kuceritakan dihadapan bulan dan bintang yang berkedip ketika sang matahari hati telah terbang pergi, kedalam kumpulan malaikat-malaikat pagi? Mereka akan mengejekku karena aku hanya manusia biasa. 

Ketulusan yang kau berikan, tak pernah sedikitpun dapat terbalaskan. Senyum-senyum kecil yang menenangkan hati ini pun, maaf seujung jari pun tak pernah dapat kukembalikan karena senyumku tak seindah milikmu. Meskipun kau seringkali menegaskan cinta yang tulus tak perlu pamrih namun sebagai lelaki harusnya aku dapat memberi lebih, dari yang kau berikan. Maaf aku tak sehebat itu. 

Aku telah tenggelam dalam palung yang tak berujung, jauh didasar hatimu sana yang tak pernah bisa dijelaskan.

Seperti tiga kata yang telah kau berikan padaku yaitu  

“Aku sayang kamu.” 

Aku hanya bisa membalas

 “Aku juga, dengan segala kekurangan ini terima kasih telah mau menerima dan percaya. Maaf kesempurnaan yang telah kau berikan hingga kini belum terbalaskan olehku.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar