Ketika pundakmu tumbuh sayap akankah kau terbang
menuju singgasana yang telah disediakan? Mungkin pada saat itu kau akan
menemukan sesuatu yang baru di kahyangan sana, kau akan berbaur bersama
malaikat-malaikat yang memiliki senyum, rupa dan perangai nan indah.
Namun kau pernah bilang kau tidak sempurna bahkan
dirimu tak memiliki sayap putih dipundak. Tapi mungkin kau juga ingat, aku
meyakinkan padamu bahwa Tuhan pun menciptakan malaikat-malaikatnya yang tak
mempunyai sayap untuk terbang. Mereka berwujud manusia yang membuat keseharian
sesamanya penuh warna, mereka adalah sesosok manusia yang menabur senyum-senyum
pagi, melepas alunan-alunan kesejukan dengan tatapan teduh sorot mata.
Kusimpulkan semua itu ketika kepalamu menitipkan kepercayaan dibahu sebelah
kanan milikku.
Kumohon ketika pundakmu bersayap nanti, janganlah
terbang terlalu jauh meninggalkanku. Sederhananya jangan pergi karena jika kau
pergi siapa lagi yang akan membuatku tenang ketika hati ini sedang tegang?
Dimana lukisan senyum teduh yang menyejukkan ketika hati sedang gaduh? Siapa
lagi yang akan menghangatkan dalam kesunyiaan ketika kebersamaan hanya sebuah
angan semata? Dan untuk siapa lagi tingkah menyebalkan, leluconku yang selalu
membuatmu sebal itu? Akankah kutemukan itu semua, lagi?
Kau membuatku seperti manusia paling beruntung
didunia karena telah dicintai dengan sebegitu besarnya. Manusia sepertiku
tentunya tak pernah meminta doa yang sangat tidak mungkin namun Tuhan lebih
mengetahui apa yang sebenarnya ada dalam hatiku. Dia telah menitipkan anugerah
Nya kepada seonggok lelaki yang kehidupannya masih abu ini. Hari-hari yang
telah kulalui bersamamu, didekatmu setiap detiknya kuharap tak pernah bergerak
karena putaran detik kala kita berdua terasa memutar begitu cepat
.
Seandainya jika benar pundakmu kelak akan bersayap
artinya kau akan pergi. Disini, ditempat ini aku akan kehilangan arah untuk
kuarahkan kepada siapa rangkaian doa yang aku himpun dengan penuh harap akan
dikabulkan. Nyanyia-nyanyian sendu akan terdengar dalam setiap mimpi-mimpiku
yang sebelumnya nyenyak tak berpenghuni. Jemari ini akan bergetar tatkala hujan
deras datang menimpa bumi karena menangis melepasmu pergi keujung sana, karena
jemari ini selalu rindu akan genggaman tanganmu yang selalu tiba-tiba
mencengkram. Ketika malam datang, apalagi yang bisa kuceritakan dihadapan bulan
dan bintang yang berkedip ketika sang matahari hati telah terbang pergi,
kedalam kumpulan malaikat-malaikat pagi? Mereka akan mengejekku karena aku
hanya manusia biasa.
Ketulusan yang kau berikan, tak pernah sedikitpun
dapat terbalaskan. Senyum-senyum kecil yang menenangkan hati ini pun, maaf
seujung jari pun tak pernah dapat kukembalikan karena senyumku tak seindah
milikmu. Meskipun kau seringkali menegaskan cinta yang tulus tak perlu pamrih namun
sebagai lelaki harusnya aku dapat memberi lebih, dari yang kau berikan. Maaf
aku tak sehebat itu.
Aku telah tenggelam dalam palung yang tak berujung,
jauh didasar hatimu sana yang tak pernah bisa dijelaskan.
Seperti tiga kata yang telah kau berikan padaku
yaitu
“Aku sayang kamu.”
Aku hanya bisa membalas
“Aku juga, dengan segala kekurangan ini terima kasih telah mau menerima dan percaya. Maaf kesempurnaan yang telah kau berikan hingga kini belum terbalaskan olehku.”

Tidak ada komentar:
Posting Komentar