Aku melihat kamu
menangis sendu dan sedih. Matamu bengkak seperti tak pernah tidur juga matamu
terus mengalirkan air yang bukan membawa kesejukan tetapi kesedihan. Kepalamu
tertunduk berat, rambutmu mengurai kebawah menutupi wajah manismu dan tanganmu terus
saja menutup kedua matamu. Aku yakin hatimu juga sedang kamu usapi dengan sisa
rasa sayang penawar hati yang ada. Tadinya aku ingin menghiburmu, mencoba
mengusap air mata yang turun dengan tanganku namun aku tak bisa, bukan tak mau.
Aku mau saja melakukan segalanya demi untuk melihatmu mengeringkan air mata
yang basah di kelopak matamu bahkan untuk bertindak gila sekalipun. Tapi itu
semua tak bisa aku lakukan karena lagi-lagi aku bukan seseorang yang pantas
melakukan itu. Memang benar untuk menyenangkan hati orang itu tidak harus
menjadi siapa-siapanya hanya melakukannya dengan ikhlas saja sudah cukup. Andai
bisa seperti itu, bisa dengan ikhlas saja cukup tetapi kenyataannya ikhlas saja
tak pernah cukup untuk membuatmu bahagia. Akhirnya aku hanya melihat kamu
dikerubungi oleh lelaki-lelaki yang berani menyentuh, mengusap air matamu dan
mereka semua seperti menunjukan bahwa mereka pantas untuk itu. Melihat kamu
dikelilingi lelaki-lelaki itu membuatku semakin berkaca diri untuk sekedar
menjadi pilihan diantara kandidat yang nantinya akan kamu terima usapan
tangannya, bukan tangan yang kamu tolak nantinya. Meskipun aku tak berani
mengusap air matamu ataupun menghiburmu ada bentuk lain yang
aku coba sampaikan kepadamu yaitu dengan
membuat sebuah obrolan biasa, bagimu tapi bernilai lebih untukku. Ketika aku
bertanya tentang keadaanmu mungkin semungkin-mungkinnya kamu menangkap
pertanyaan khawatir yang aku ajukan, namun aku samarkan dengan senyuman dan
kamu membalas dengan senyum kembali berikut nada sedih dan senyum kecil seperti
lengkungan pelangi, ya lengkungan pelangi jika kamu ingat itu sering aku
katakan kepadamu. Tidak sampai disitu kegelisahanku kepadamu aku coba tahu
lebih dalam menelusuri untuk mengetahui detailnya tetapi kamu bisu, atau
terlihat ragu untuk mempercayai dan bercerita kepadaku. Jika saja aku berani
meraihmu dan percaya diri bahwa aku bisa membahagiakanmu, ketika kamu menangis
seperti itu akan kubelikan es krim kesukaanmu atau coklat manis untuk menenangkan
hatimu. Itu semua kulakukan hanya untuk membuatmu tersenyum, untuk sekedar
melihat air matamu tidak keluar kembali, ketika kamu menangis. Aku ingat juga
ini kali kedua aku melihatmu menangis selama aku mengenalmu tetapi aku tidak
ingin menjelaskan mengapa kamu menangis, karena itu alasan pribadimu. Sama aku
juga tidak akan memberi tahu alasan pribadiku untuk tetap mencoba membuatmu
tersenyum, walaupun senyum itu bukan untukku ataupu milikku. Selama mengenalmu
seingatku kamu hanya pernah melihatmu menangis dihadapanku dua kali, tetapi jika
kamu tau aku menangisi keadaan hati ini yang mencoba meraih kamu namun harapan
ini terasa memberi saran untuk ikhlas meskipun tidak bisa ini, setiap hari.
Menangisi mengapa kamu tak kunjung menunjukan respon baik kepadaku. Menangisi
ketika aku harus membuatkan sesuatu untuk lelaki yang kamu cinta dan itu bukan
aku. Menangisi wanita yang aku cintai nyaman, teduh dan dipayungi oleh cinta
orang lain.
Kamu menangis,
dikejauhan aku juga menangis melihatmu. Hatiku teriris sadis melihat banyaknya
lelaki yang menadahkan tangan kepadamu namun bukan meminta uang darimu
melainkan meminta perhatian darimu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar