Translate

Senin, 23 Juni 2014

Kehidupan Sebagai Jomblo


Sebelum menulis mengenai bagian hal yang terpenting ini pertama yang gue lakuin sebelumnya adalah mandi dan minta petunjuk sama kekuatan sama yang maha kuasa. Karena tulisan ini mengandung SARA hal yang paling mengakar dan mendarah daging dalam hidup gue. Memangnya apasih yang mau gue tulis? Ini mengenai kejombloan yang gue alamin udah gak kerasa ya, sudah 2 dasawarsa gua sendiri. Gak, bukan dasawarsa itu lebay. Cuma bertahun-tahun aja sih.
Dan mudah-mudahan setelah ada yang membaca tulisan ini ada seseorang yang baik hati disana mau mengasihani, gelandangan pencari cinta ini. Amin.
Kejombloan yang gue rasain ini memang kadang aneh€, untuk beberapa hal menyenangkan tapi kebanyakan menyedihkan dan menyebalkan. Gue mau ngebahas hal yang menyenangkan ketika mengalami masa paceklik jomblo. Mungkin mulai dari kehidupan kesaharian gue yang setiap harinya gue jalanin tanpa adanya pemandu sorak yang menyemangati hati gue, gak adanya sosok wanita yang mau luangin waktunya demi sekedar nanyain keadaaan gue, gak apa-apa deh walaupun cuma sekedar basa-basi doang tapi seengganya ada yang masih peduli selain orang tua gue.
Gak kerasa kejombloan ini udah mengakar keseluruh aspek kehidupan gue contohnya sekarang ini gue udah mulai suka menyalahkan keadaan dan nasib apalagi dengan adanya beberapa temen yang gak punya rasa berperikejombloan mereka seringkali menanyakan prinsip hidup dan menagapa kejombloan gue mengakar dan mendarah daging. Ketika ditanya prinsip gue masih bisa mengelak dengan beberapa pencitraan yang sebenarnya agak menyesatkan, walaupun masih masuk kedalam logika tetapi dibalik pencitraan yang gue katakan sebenernya dalam hati gue seringkali bertanya “Mau sampai kapan pencitraan dan pembelaan ini gue pertahanin terus?”.
Tapi mau gimana lagi kenyataannya memang sulit mendapatkan pasangan yang sesuai dengan kriteria yang gue dambakan. Sering juga ada orang yang bilang kalo jomblo itu gak laku apalagi yang udah tahunan atau belasan tahun terancam kadaluarsa dan karatan. Label gak laku itu sering melekat dalam diri gue apalagi dibarengi dengan keadaan fisik gue yang standar SNI 2007 semakin jauhlah harapan-harapan untuk mengejar wanita perawan, selain itu keadaan finansial yang gue punya juga gak begitu banyak cenderung sederhana dan gue rasa keadaan ini semakin komplit antara perpaduan tampang SNI dan pendapatan per kapitanya masih menadah ke orang tua. Bukan berarti gue nggak bersukur atas kehidupan yang udah dikasih dan rezeki yang sudah melimpah yang diberikan allah swt. Dengan banyaknya kekurangan itu gue termasuk jomblo yang bersyukur atas nikmat kejombloan yang tiada tara <------Pencitraan--- karena apa? gue selalu berfikir bahwa sesungguhnya takdir akan membawa kita kepada seseorang yang benar-benar tepat untuk disandingkan dengan gue, siapapun itu dan mudah-mudahan sesuai dengan yang diharapkan..
Dalam segi pemikiran di kejombloan ini kadang selalu saja ada inspirasi yang aneh untuk meyakinkan bahwa kejombloan itu adalah suatu hal yang hina tidak usah khawatirkan. Semuanya mengalir begitu saja contohnya ada temen yang dateng menanyakan status kejombloan
“Kenapa sih lo betah amat jomblo? kan masih banyak miliyaran cewe didunia ini yang mungkin masih mau sama lo! Jangan-jangan lo jomblo emang karena gak laku?”
Dengan sigap gue menjawab layaknya air yang tenang tapi menenggelamkan
“Sekarang begini ya, ini bukan kemauan gue buat menjadi jomblo yang udah senior mungkin semua waktu yang lama ini gue pergunakan untuk mempelajari keadaan kenapa kejombloan gue ini kayaknya betah ada didalam nama semu gue. Dan emang bener masih banyak cewe diluar sana yang gak bisa dihitung dengan 10 jari tapi inget dari sekian banyaknya yang bener-bener mau gue pilih kan cuma satu gak semuanya kan? nah semuanya itu gak segampang beli di warung lo tinggal ambil gitu aja udah gitu barangnya pasaran. Jomblo gak laku? ya memang itu masuk akal tapi pernah gak lo fikir lebih baik mana gak laku-laku sama orang yang saking lakunya sebulan pacaran sampe belasan kali?” menurut pandangan seorang jomblo yang selalu terzalimi ketika kita memutuskan untuk mencari pasangan dan saat itu mendapatkannya maka yang kita cari adalah kebahagiaan dan lo gak tau kan kebanyakan jomblo juga bahagia terus mereka mikir “kalo gue sendiri juga bikin bahagia kenapa harus mati-matian ngejar hal yang gak mungkin gua milikin”.
Pernyataan gue diatas sangat jelas adalah sebuah pembelaan dari kejamnya pertanyaan yang menyudutkan populasi jomblo dan ketika gue jawab seperti itu manusia yang tidak punya rasa berperikejombloan itu terhentak sejenak, mencoba memikirkan lagi dan akhirnya menerima sebuah pembelaan itu. Memang jawaban yang gue ajukan ada yang sedikit berlebihan tapi ada juga kok yang menurut gue memang kenyataan. Padahal pencitraan seperti inilah yang kadang makin melecut gue untuk keluar dari genggaman kesepian, ya kesepian yang gak bisa gue lepasin kayanya udah menjadi sesuatu yang biasa bagi kehidupan gue karena ketika rasa kesepian bertanya gak ada yang bisa gue jawab bahkan pencitraan gue pun takut kalo kesepian sudah datang mendera.
Cara satu-satunya lepas dari semua ini tuh simple yaitu, punya pacar. Yah minimal lagi pendekatan lah biar ada semangat melewati hari-hari sepi. Tapi gimana gue udah lupa bahkan gak tau lagi apa yang harus dilakuin ketika mau memulai percakapan dengan perempuan. Kadang rasa kurang percaya diri kaya gini yang suka bikin mood buat nyari pacar turun lagi dan akhirnya bisa ditebak, sendiri lagi. Yang paling sering gue rasain ketika lagi sendiri adalah tiba-tiba suka datang rasa iri ngeliat orang pacaran bahagia berdua. Rasanya kasmarannya mereka itu seperti memprovokasi setan-setan yang ada didalam hati gue untuk menyesatkan mereka supaya cepet putus. Dilain sisi sebenernya gue mau banget gitu ngerasain apa yang orang lagi kasmaran rasain misalnya kangen-kangenan, gombal-gombalan sama yang terpenting sayang-sayangan.
Tapi gue harus natap realita kehidupan yang lagi gue jalanin sekarang dan tentunya mensyukurinya. Mungkin ada beberapa faktor lain yang memang harus gue prioritasin selain ngurusin rasa jomblo yang mulai tidak berasa lagi.
Tapi gue tetep inget sama kesepian dan kejombloan yang berbarengan ini dan sendiri itu, sepi
Kesepian yang sudah hinggap terlalu lama ini membuat lupa bahwa kebahagiaan itu saling berbagi antara sepasang lelaki dan wanita. Berdua. Bukan menikmatinya sendiri ataupun tidak beranjak pergi dari kesepian itu sendiri






.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar