Sebelum menulis
mengenai bagian hal yang terpenting ini pertama yang gue lakuin sebelumnya
adalah mandi dan minta petunjuk sama kekuatan sama yang maha kuasa. Karena
tulisan ini mengandung SARA hal yang paling mengakar dan mendarah daging
dalam hidup gue. Memangnya apasih yang mau gue tulis? Ini mengenai kejombloan
yang gue alamin udah gak kerasa ya, sudah 2 dasawarsa gua sendiri. Gak, bukan
dasawarsa itu lebay. Cuma bertahun-tahun aja sih.
Kejombloan yang gue
rasain ini memang kadang aneh€, untuk beberapa hal menyenangkan tapi kebanyakan
menyedihkan dan menyebalkan. Gue mau ngebahas hal yang menyenangkan ketika mengalami
masa paceklik jomblo. Mungkin mulai dari kehidupan kesaharian gue yang
setiap harinya gue jalanin tanpa adanya pemandu sorak yang menyemangati hati
gue, gak adanya sosok wanita yang mau luangin waktunya demi sekedar nanyain
keadaaan gue, gak apa-apa deh walaupun cuma sekedar basa-basi doang tapi
seengganya ada yang masih peduli selain orang tua gue.
Gak kerasa kejombloan
ini udah mengakar keseluruh aspek kehidupan gue contohnya sekarang ini gue udah
mulai suka menyalahkan keadaan dan nasib apalagi dengan adanya beberapa temen
yang gak punya rasa berperikejombloan mereka seringkali menanyakan prinsip
hidup dan menagapa kejombloan gue mengakar dan mendarah daging. Ketika ditanya
prinsip gue masih bisa mengelak dengan beberapa pencitraan yang sebenarnya agak
menyesatkan, walaupun masih masuk kedalam logika tetapi dibalik pencitraan yang
gue katakan sebenernya dalam hati gue seringkali bertanya “Mau sampai kapan
pencitraan dan pembelaan ini gue pertahanin terus?”.
Tapi mau gimana lagi
kenyataannya memang sulit mendapatkan pasangan yang sesuai dengan kriteria yang
gue dambakan. Sering juga ada orang yang bilang kalo jomblo itu gak laku
apalagi yang udah tahunan atau belasan tahun terancam kadaluarsa dan karatan.
Label gak laku itu sering melekat dalam diri gue apalagi dibarengi dengan
keadaan fisik gue yang standar SNI 2007 semakin jauhlah harapan-harapan untuk
mengejar wanita perawan, selain itu keadaan finansial yang gue punya juga gak
begitu banyak cenderung sederhana dan gue rasa keadaan ini semakin komplit
antara perpaduan tampang SNI dan pendapatan per kapitanya masih menadah ke
orang tua. Bukan berarti gue nggak bersukur atas kehidupan yang udah dikasih
dan rezeki yang sudah melimpah yang diberikan allah swt. Dengan banyaknya
kekurangan itu gue termasuk jomblo yang bersyukur atas nikmat kejombloan yang
tiada tara <------Pencitraan--- karena apa? gue selalu berfikir bahwa
sesungguhnya takdir akan membawa kita kepada seseorang yang benar-benar tepat
untuk disandingkan dengan gue, siapapun itu dan mudah-mudahan sesuai dengan
yang diharapkan..
Dalam segi pemikiran
di kejombloan ini kadang selalu saja ada inspirasi yang aneh untuk meyakinkan
bahwa kejombloan itu adalah suatu hal yang hina tidak usah khawatirkan.
Semuanya mengalir begitu saja contohnya ada temen yang dateng menanyakan status
kejombloan
“Kenapa sih lo betah
amat jomblo? kan masih banyak miliyaran cewe didunia ini yang mungkin masih mau
sama lo! Jangan-jangan lo jomblo emang karena gak laku?”
Dengan sigap gue
menjawab layaknya air yang tenang tapi menenggelamkan
“Sekarang begini ya,
ini bukan kemauan gue buat menjadi jomblo yang udah senior mungkin semua waktu
yang lama ini gue pergunakan untuk mempelajari keadaan kenapa kejombloan gue
ini kayaknya betah ada didalam nama semu gue. Dan emang bener masih banyak cewe
diluar sana yang gak bisa dihitung dengan 10 jari tapi inget dari sekian
banyaknya yang bener-bener mau gue pilih kan cuma satu gak semuanya kan? nah
semuanya itu gak segampang beli di warung lo tinggal ambil gitu aja udah gitu
barangnya pasaran. Jomblo gak laku? ya memang itu masuk akal tapi pernah gak lo
fikir lebih baik mana gak laku-laku sama orang yang saking lakunya sebulan
pacaran sampe belasan kali?” menurut pandangan seorang jomblo yang selalu
terzalimi ketika kita memutuskan untuk mencari pasangan dan saat itu
mendapatkannya maka yang kita cari adalah kebahagiaan dan lo gak tau kan
kebanyakan jomblo juga bahagia terus mereka mikir “kalo gue sendiri juga bikin
bahagia kenapa harus mati-matian ngejar hal yang gak mungkin gua milikin”.
Pernyataan gue diatas
sangat jelas adalah sebuah pembelaan dari kejamnya pertanyaan yang menyudutkan
populasi jomblo dan ketika gue jawab seperti itu manusia yang tidak punya rasa
berperikejombloan itu terhentak sejenak, mencoba memikirkan lagi dan akhirnya
menerima sebuah pembelaan itu. Memang jawaban yang gue ajukan ada yang sedikit berlebihan
tapi ada juga kok yang menurut gue memang kenyataan. Padahal pencitraan seperti
inilah yang kadang makin melecut gue untuk keluar dari genggaman kesepian, ya kesepian
yang gak bisa gue lepasin kayanya udah menjadi sesuatu yang biasa bagi
kehidupan gue karena ketika rasa kesepian bertanya gak ada yang bisa gue jawab
bahkan pencitraan gue pun takut kalo kesepian sudah datang mendera.
Cara satu-satunya
lepas dari semua ini tuh simple yaitu, punya pacar. Yah minimal lagi pendekatan
lah biar ada semangat melewati hari-hari sepi. Tapi gimana gue udah lupa bahkan
gak tau lagi apa yang harus dilakuin ketika mau memulai percakapan dengan
perempuan. Kadang rasa kurang percaya diri kaya gini yang suka bikin mood buat nyari pacar turun lagi dan
akhirnya bisa ditebak, sendiri lagi. Yang paling sering gue rasain ketika lagi
sendiri adalah tiba-tiba suka datang rasa iri ngeliat orang pacaran bahagia
berdua. Rasanya kasmarannya mereka itu seperti memprovokasi setan-setan yang
ada didalam hati gue untuk menyesatkan mereka supaya cepet putus. Dilain sisi
sebenernya gue mau banget gitu ngerasain apa yang orang lagi kasmaran rasain
misalnya kangen-kangenan, gombal-gombalan sama yang terpenting sayang-sayangan.
Tapi gue harus natap
realita kehidupan yang lagi gue jalanin sekarang dan tentunya mensyukurinya.
Mungkin ada beberapa faktor lain yang memang harus gue prioritasin selain
ngurusin rasa jomblo yang mulai tidak berasa lagi.
Tapi gue tetep inget
sama kesepian dan kejombloan yang berbarengan ini dan sendiri itu, sepi
Kesepian yang sudah
hinggap terlalu lama ini membuat lupa bahwa kebahagiaan itu saling berbagi
antara sepasang lelaki dan wanita. Berdua. Bukan menikmatinya sendiri ataupun
tidak beranjak pergi dari kesepian itu sendiri
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar