Terkadang
kabar berhembus masuk kedalam hati tidak melulu melalui lisan, ataupun tulisan
seringkali melalui hal yang jauh dari kemungkinan, melalui perasaan. Sebuah hal
ganjil yang tak diketahui akan terbaca dengan baik melalui pesan dari sebuah
alam yang kasat mata. Mungkin saja hanya sebuah tebakan, bisa jadi hanya sebuah
kegelisahan namun kenyataan semuanya berjalan seperti perkiraan.
Firasat.
Ya, beberapa hari ini mimpiku terasa pilu, fikiranku tertuju pada keberadaanmu
yang tidak terjangkau tangan olehku. Sebuah gelisah yang berawal dari mimpi
berlanjut dari pagi hingga senja sore menanti, menerka-nerka dirimu. Aku
percaya padamu awalnya semua baik-baik saja, phobia berlebih yang kutanyakan
mungkin menurutmu. Namun mimpi-mimpi datang kedalam tempat tidurku seutuhnya
tanpa ada rekayasa pelik campur tangan manusia. Mereka akan datang sebagaimana
mereka inginkan, jika ia berwujud seram maka yang kulihat seram, jika yang
kulihat indah maka keidahanlah yang kulihat. Namun persepsi mimpi adalah bunga
tidur selalu kuteguhkan dalam-dalam jiwaku, mungkin itu hanya rasa lelah yang
terbawa ke dalam alam bawah sadarku. Ataupun sebuah pesan tak terlihat yang
mencoba memberitahuku.
Semuanya
aku ketahui secara lambat, perlahan, satu per satu. Memang kali ini mimpi yang
tidak pernah kuinginkan menjadi nyata terjadi. Rasanya aku sudah memperkirakan
semua konsekuensinya, mempertimbangkan cara penanggulangannya namun tetap saja
sobekan lukanya masih merana. Dengan penuh kebingungan aku mencoba merumuskan
sesuatu yang pelik menjadi sederhana, sesuatu hal yang ilmu dasarnya tak
sedikitpun aku pahami yaitu hati ini.
Hati ini
mungkin bukan samudra, laut, sungai, selat. Tuhan lebih tahu mengenai hati
seorang manusia. Mengetahui semuanya yang berawal dari firasat rasanya, secara
perlahan hati yang tadinya tebal menipis. Sendi-sendi yang berfungsi mulai
tidak bersinergi karena kepala terasa beban depresi. Namun, ah aku memilih
untuk mengakhiri paragraf ini karena sudah mulai jemari ini berat untuk
menuliskan barisan akhir sebuah kalimat. Sudahlah nanti saja aku tulis.
Karena,
firasatku mulai letih jika terus diceritakan.

Masa sih ?? Lebay :p
BalasHapus