Selalu ada yang bisa diambil dari hujan yang turun ke
bumi, mulai dari ranting yang lembab, debu jalanan yang menghilang, dahaga yang
terpenuhi, ranting-ranting yang lembab kemudian daun yang menghijau dan bagian
paling indah ada setelah hujan reda, pelangi yang ditunggu.
Namun bagiku hujan yang selalu kutunggu adalah ketika
dapat satu payung denganmu dan setelahnya mendapatpesan singkat salam rindu dari
ponselku.
Aku selalu menunggu hujan agar aku dapat menari dibawah
rintikannya, menangis di dalam derasnya dan bahagia melihat setelah redanya.
Pelangi yang terdiri dari mejikuhibiniu selalu kutunggu namun tertawa bersamamu
adalah bagian warna pelangi yang amat kurindu.
Hujan membuat baju basah, celana
pun juga sedikit banyak membuat segar namun bibirku yang basah karenamu lebih
menyegarkan ketimbang harus menceburkan diri kedalam kubangan air hujan.
Hujan selalu membawa genangan, tapakan-tapakan, tanah
coklat yang berubah menjadi lumpur-lumpur licin.
Hujan turun membuat genangan dijalanan mengalirkan
semuanya yang menghalangi alirannya, namun hujan juga membuat kubangan besar
dihati, genangan yang berupa kenangan-kenangan manis yang alirannya tak akan
bisa dibendung supaya berhenti. Jika menahan alirannya kita akan terbawa hanyut
hingga ke hulu sana.
Hujan membuat tapakan-tapakan di aspal jalanan, didalam
pasir, keramik ataupun tanah merah, sama halnya ada beberapa hujan yang membuat
tapak tilas dihati. Ada cinta, senyum, bahagia, depresi dan yang mendominasi
adalah rasa tidak tahu karena tapakan atau simbol dihati terkadang sulit
diterjemahkan seringkali berbeda dengan interpretasinya. Kadang terlihat
seperti benci namun sebenernya hanya gengsi, kadang berbelit rumit namun
sebenarnya hanya ingin dimengerti, kadang terlihat biasa namun sebenarnya cinta
dan kadang terlihat kaku namun sebenarnya rindu. Maka dari itu tak ada satupun
pakar yang mempelajari tentang tapakan-tapakan didalam hati, karena persoalan
hati adalah perpaduan antara rasa, ego dan logika sendiri.
Hujan mengubah tanah coklat menjadi lumpur, namun
sebenarnya tak selalu begitu mungkin hanya kebetulan saja kulihat ketika itu.
Katanya, lumpur dan tanah adalah bersaudara dengan petani dan hujan adalah
komponen yang bersinergi didalamnya maka sudahlah jangan dibahas.
Hujan aku selalu rindu basah karenamu, dan karenanya
juga. Masih maukah engkau kuajak berkenalan dengan payung-payung pelindung
ragaku? Semoga kau masih sudi untuk bercerita tentang awan yang hitam dan
angkuh, matahari yang setia dan bulan yang pemalu itu kepadaku dilain waktu. Semoga aku tidak akan hilang ditelan gemuruh petir yang memantak dan gemerlap kilat yang bercabang ketika aku sedang menyampaikan keluh kesahku

Zzzzzzz......
BalasHapus